KEMILAU CAHAYA MERPATI
Oleh.anindiya S.N
Pagi ini sang fajar tak menampakan sinarnya
dibalik bukit, fajar kali ini berubah rintikan hujan. Ku tengok dijendela aku
tertegun melihat langit tak bersahabat dengan ku.
Kring..kring..kring suara telefon
berbunyi.ku angkat telepon “hallo ini siapa ya?” dibalik telepon terdengar
suara tak asing di telingaku,”ini dengan mang andi bisa bicara dengan bapak?”
aku langsung berlari menuju bapak,ku menarik narik sehelai baju bapak,”pak… ada
telepon dari mang andi”bapak mulai mengangkat telepon,mereka tampak asyik
berbincang melalui telepon itu.” Seketika tak terdengar suara telepon, ku
beranikan tuk menanyakan pada sang
bapak, “ pak ada apa sepertinya ada Sesuatu yang penting,” tidak ada apa apa sayang hanya sabtu ini kita akan
pergi ke bogor untuk menengok bilis,” asyik….” Aku berlari kegirangan seakan
dunia miliku.
Malam hari aku dan ibuku merapihkan
baju-baju kedalam tas untuk persiapan kebogor ”bu, apa disana akan lama ?”
ibuku hanya membalas dengan senyuman manis padaku. Malam ini aku segera
membaringkan badan dan memejamkan mata karena aku tak sabar menunggu hari
sabtu.
Pagi ini hari kamis seperti biasa setiap
pagi aku melakukan rutinitas bak anak sekolah. Si bibik atau aku lebih suka
memanggilnya bi sopi ia seperti biasa mengepel dan menyapu halaman rumah. Tak
sengaja ku ceritakan pada sibibik ” teh opi tau gak nanti sabtu pada mau
kebogor loh” aku menceritakan kegembiraan ku pada sibibik “asyik atuh de, emangnya
mau ngapain gitu ke sana?” teh opi sepertinya menyimak cerita ila “ katanya sih
mau nengok bilis teh. “ setelah pembicaraan selesai. Ila melihat orangtuanya
seperti hendak pergi kerja tapi hari ini agak berbeda ketika ila melihat wajah
ibunya, tak biasanya hari ini ibu tak bicara satu katapun entah mengapa aku
teringat mimpiku tadi malam ketika seorang bidadari tersenyum padaku tapi wajah
bidadari itu mirip dengan ibuku.
Pukul 6.45 menit aku berangkat bersama
kakaku menuju gerbang ilmu. Ila memasuki kelas yah seperti biasa pelajaran anak
satu SD yaitu membaca seperti yang ibu guru ajarkan padaku “ ini budi ini bapak
budi” atau menulis tulisan sambung, menghitung tambah,kurang. Aku mengikuti
pelajaran seperti bisa namun perasaanku tak enak sejenak terlintas pikiran ku
pada ibuku. Di balik pintu terdengar suara ketukan pintu “ tok..tok
assalamu’alaikum” teryata di balik pintu terlihat wajah sibibik “ bu bade ka
ila, bade dicandak uih “[1] bu, guru mengijinkan ku tuk pulang.
Di sepanjang perjalanan sibibik menangis. aku
penasaran mengapa sibibik menangis dan mengapa aku dan kakaku disuruh pulang,
aku tak bisa membendung rasa penasaran ku ku tanyakan pada si bibik tapi
sibibik hanya menggeleng kepala. Perasaan
ku makin tak menentu ketika tenda putih biru bertenger di halaman rumah dan
mengapa ada orang yang memakai baju hitam?
Ila memang tak mengerti keadaan itu semua
karena ia masih kecil untuk memahami semuanya. Pulang sekolah aku langsung
bermain dengan teman ku yang sudah menunggu. Saat ku bermain ku temukan bulu
merpati putih.
Entah berapa lama ila bermain tak terasa
fajar berubah senja, di depan rumah ila medapati mobil ambulance putih, ila
yang masih kecil berpikir masa ia bilis melahirkan disini namun dugaan itu
salah yang keluar dari ambulance bukan bilis tetapi sebuah keranda yang
menakutkan di depan rumah terdapat juga bendera kuning ila ingat kata
tetangganya bila ada bendera kuning pertanda ada yang meninggal. Dihatinya
bergumam terselip petanyaan siapa yang meninggal?
Tubuh kecil ila berlari menuju rumah,
banyak orang yang mengelilingi keranda itu, kakaku ayah ku bi sopi semua
keluarga menangis tapi setiap orang yang kulihat tak menemukan ibuku, kemana
ibuku apa mungkin yang di keranda itu….
Perlahan keranda itu di buka ku temukan
tubuh kaku dengan wajah tersenyum dalam keranda itu, dan ternyata ia jenazah
itu tak lain adalah ibuku sendiri aku tak bisa membendung rasa sedih ku
kutumpah kan semua airmata di depan jenazah.
Langit senja mengantarkan ibuku ke tempat
terakhir dan abadi tuk selamanya.